BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerapatan atau
densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya adalah kilogram per meter
kubik, atau ungkapan yang umum, gram per sentimeter kubik, atau gram
per milliliter. Pernyataan awal mengenai kerapatan adalah bobotjenis. Satuannya
sudah kuno dan sebaiknya tidak dipakai lagi. Penjelasan berikutdiberikan
sebagai petunjuk.
bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi,
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot
jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan
massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 40C
atau temperatur lain yang telah ditentukan.
Dengan adanya praktikum kerapatan dan bobot jenis suatu
zat , maka kita sebagai seorang
pharmacist diharapkan dengan
mudah untuk menentukan kemurnian dari suatu sediaaan obat dan akan membatu kita
nantinya ketika akan membuat sediaan.
B. Maksud Praktikum
1.
Untuk
menentukan bobot jenis dengan menggunakan beberapa sampel sirup yaitu : sirup marjan, DHT, Pocary, ABC, dan
susu ultra.
2.
Untuk
menentukan kerapatan suatu sampel zat padat dalam hal ini asam borat, dengan
menggunakan 3 perlakuan yang di gunakan untuk menentukan kerapatan zat padat
tersebut
C. Tujuan Praktikum
1.
Untuk
menentukan bobot jenis suatu sampel
sirup marjan, DHT, Pocary, ABC, dan susu ultra dengan menggunakan piknometer.
2.
Untuk menentukan kerapatan bulk, kerapatan
mampat, dan kerapatan sejati.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Dasar
Teori
Kerapatan atau densitas adalah massa
per satuan. Satuan umumnya adalah kilogram per meter kubik, atau ungkapan yang
umum, gram per sentimeter kubik, atau gram per milliliter. Pernyataan
awal mengenai kerapatan adalah bobotjenis. Satuannya sudah kuno dan sebaiknya
tidak dipakai lagi. Penjelasan berikutdiberikan sebagai petunjuk. (Brescia,
dkk., 1975)
Densitas semu diperoleh
dengan membagi berat sampel
dengan volume massal, itu adalah berat satuan
volume kemasan. density benar mengacu pada kepadatan
substansi, termasuk seluruh volume pori lebih
besar dari jarak dimensi atom ar molekul yang ada di lattae kristal ( Parrot 1970)
Kerapatan dan
berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran
ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah
turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah
massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan
dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin, A., 1993).
Bobot
jenis merupakan karakteristik bahan yang penting, yang digunakan dalam
pengujian identitas dan kemurnian bahan obat dan bahan pembantu, khususnya
sifat cairan dan zat berjenis malam. Penentuan bobot jenis dilakukan dengan
menggunakan piknometer, aerometer, timbangan hidrostatik, dan cara manometrik. (Menurut R.
Voigt, ).
bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi,
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot
jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan
massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 40C
atau temperatur lain yang telah ditentukan (Ansel H.C, 1989 )
Bobot jenis merupakan
rasio berat zat di udara
dengan suatu volume
air yang sama. itu tidak memiliki
unit.
( remington’s pharmaceutical sciences, )
Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas
penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk
ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian
metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan
bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang
30 ml.
Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum
Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan
massa sebesar berat volume cairan yang terdesak.
Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan
tergantung pada balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan
disitimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca
Mohr-Westphal adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.
Metode areometer. Penentuan kerapatan dengan areometer
berskala (timbangan benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya
tabung gelas tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan
pelelehan.
Dari keempat
metode yang ada, metode yang di pilih untuk menentukan kerapatan zat padat
serta bobot jenis kali ini adalah metode Piknometer.
Pada
metode piknometer, untuk menentukan kerapatan dari suatu zat padat dilakukan
dengan 3 cara, yaitu dengan menguji kerapatan bulk, kerapatan mampat, dan
kerapatan sejati. Di mana pada proses pengujian kerapatan bulk, sampel tidak
diberikan perlakuan apapun. Kerapatan mampat, sampel mulai di mampatkan dengan
Tapdensity, sedang untuk kerapatan sejati, zat padat yang berada pada
piknometer diberikan paraffin cair dengan tujuan untuk memampatkan zat padat
yang berada pada piknometer.
B. Uraian Bahan
1.
Alkohol ( FI III, hal 65 )
Nama
Resmi : Aethanolum
Nama Lain : Etanol / alcohol
RM / BM :
O / 46,07

Pemerian :
Jernih, tidak
berbau, bergerak, cairan pelarut, menghasilkan bau yang khas
dan rasa terbakar pada lidah.
Kelarutan : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya, di tempat sejuk, jauh dari
api .
2.
Asam
Borat ( Ditjen pom, 1979 )
Nama
Resmi : ACIDUM
BORICUM
Nama Lain : Asam
Borat
RM / BM : H3BO3/61,83
Kerapatan : 1,435 gr/ml
Pemerian :
hablur, serbuk hablur putih atau sisik
Mengkilap tidak berwarna; kasar; tidak Berbau; rasa agak Asam dan pahit kemudian manis.
Kelarutan : larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air
mendidih, dalam 16
Bagian etanol (95%) p
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : antiseptikum ekstern
3.
Paraffin
Cair ( FI III, 474 )
Nama Resmi : PARAFFINUM
LIQUIDUM
Nama Lain : Paraffin cair
RM / BJ : C3H8O3 / 92,09
Pemerian : Cairan kental, transparan,
tidar berfluorensasi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak
mempunnyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air,
dan dalam etanol ( 95% ) p, larut dalam kloroform, dan dalam Eter p.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya.
Kegunaan : laksativum
C.
Prosedur Kerja
Menentukan Kerapatan Buik
Ø Timbang asam borat sebanyak 10 g,
kemudian masukkan ke dalam gelas ukur 50 ml.
Ø Ukur volume zat padat
Ø Hitung Kerapatan Bulk menggunakan
persamaan Kerapatan Bulk
Menentukan
Kerapatan Mampat
Ø Timbang zat padat sebanyak 10 gram
Ø Masukkan kedalam grlas ukur
Ø Ketuk sebanyak 100 kali ketukan
Ø Ukur volume yang terbentuk
Ø Hitung Kerapatan Mampat dengan
persamaan Kerapatan Mampat
Menentukan
Kerapatan Sejati
Ø Timbang piknometer yang bersih dan
kering bersama tutupnya ( W1 )
Ø Isi piknometer dengan zat padat
kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya. Timbang piknometer berisi zat padat
beserta tutupnya ( W3 )
Ø Isikan paraffin cair perlahan-lahan ke
dalam piknometer berisi zat padat,kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga
tidak ada gelembung udara didalamnya.
Ø Timbang piknometer berisi zat padat
dan paraffin cair tersebut beserta tutupnya ( W4 )
Ø Bersihkan piknometer dan isi penuh
dengan paraffin cair hingga tidak ada gelembung didalamnya.
Ø Timbang piknometer berisi penuh
paraffin cair dan tutupnya ( W2 )
Ø Hitung kerapatan zat menggunakan
persamaan Kerapatan Sejati.
Menentukan
Bobot Jenis cairan
Ø Gunakan piknometer yang bersih dan
kering
Ø Timbang piknometer kosong ( W1 ),
lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan
ditimbang ( W2 )
Ø Buang air suling tersebut, keringkan
piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu
yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang ( W3 )
Ø Hitung bobot jenis cairan
menggunakan persamaan bobot jenis.
BAB
III
METODE
KERJA
A. Alat
1.
Piknometer
25 ml
2.
Pipet
Tetes
3.
Tapdensity
4.
Gelas
Ukur 50 ml
5.
Corong
6.
Sendok
Tanduk
7.
Gelas
Kimia
8.
Timbangan
Digital
B. Bahan
1.
Alkohol
70 %
2.
Asam
borat
3.
Sampel
Sirup
4.
Sampel
Marjan
5.
Sampel
DHT
6.
Sampel
Pocari Sweat
7.
Paraffin
cair
8.
Kertas
Timbang
9.
Aluminium
Foil
C. Cara Kerja
Menentukan Kerapatan Bulk
Timbang
10 g asam borat lalu masukkan ke dalam gelas ukur 50 ml. setelah itu, ukur
volume zat padat yang berada dalam piknometer sebelum diberikan perkaluan dan
hitung kerapatan Bulk. Lalu tutup gelas ukur dengan menggunakan aluminium foil.
Menentukan Kerapatan Mampat
Setelah
melakukan pengukuran untuk kerapatan bulk dandidiamkan, mampatkan zat padat
yang berada didalam piknometer dengan mengetuk zat padat tersebut sampai 100
kali ketukan atau bisa juga dengan menggunakan alat tapdensity. Lakukan
pemampatan sampai zat padat tersebut benar-benar mampat dan tidak ada pori
didalamnya. Setelah itu ukur volume yang terbentuk dan hitung kerapatan
mampatnya.
Menentukan Kerapatan Sejati
Timbang
piknometer yang bersih dan kering beserta tutupnya. Setelah mendapat hasil timbangan dari
piknometer kosong, isi 2/3 dari volume piknometer dengan zat padat lalu timbang
piknometer yang berisi zat padat beserta tutupnya. Setelah mendapat hasil
timbangannya, isi paraffin cair secara perlahan-lahan ke dalam piknometer yang
sebelumnya telah diisi dengan zat padat. Setelah itu, cukupkan dengan
memasukkan asam borat ke dalam piknometer sampai tidak ada gelembung didalam
piknometer. Lalu timbang piknometer yang berisi campuran dari zat padat dan
paraffin cair beserta dengan tutupnya. Setelah mendapat hasil timbangan,
bersihkan piknometer lalu isi piknometer dengan paraffin cair sampai penuh lalu
timbang kembali. Setelah itu, hitung kerapatan zat dengan menggunakan rumus
kerapatan sejati.
Menentukan Bobot Jenis cairan
Timbang
piknometer bersih dan kosong beserta tutupnya. Setelah itu isi piknometer
dengan sampel sirup semapai penuh dan tidak ada gelembung didalam piknometer,
lalu timbang piknometer yang berisi sampel sirup beserta tutupnya. Setelah itu,
hitung bobot jenis cairan dengan menggunakan persamaan perbandingan air
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Hasil
1.
Table
kerapatan
Kelompok
|
Kerapatan
bulk
|
Kerapatan
mampat
|
Kerapatan
sejati
|
1
|
0,83
|
0,90
|
-3,86
|
2
|
0,83
|
0,90
|
-1,46
|
3
|
0,83
|
0,90
|
-48,88
|
4
|
0,91
|
1
|
-2,54
|
5
|
0,77
|
1
|
-2,224
|
2.
Table
bobot jenis
sampel
|
Bobot jenis (g/ml)
|
Sirup marjan
|
1,410 g/ml
|
Sirup DHT
|
1,2884 g/ml
|
Pocary sweat
|
1,0156 g/ml
|
Sirup ABC
|
1,1253 g/ml
|
Ultra milk
|
1,0283 g/ml
|
Perhitungan
1. Kelompok
1
a.
Kerapatan
bulk :
Kerapatan
bulk =

= 10 g
= 0,83 g/ml
12ml
b.
Kerapatan
mampat :
Kerapatan
mampat = bobot zat padat (g)
Volume mampat
(ml)
= 10 g = 0,90 g/ml
11ml
c.
Kerapatan
sejati :
a.
Bera tpikno kosong : 11,25
b.
Beratpikno + paraffin : 32,85
c.
Beratpikno + asam borat : 23,28
d.
Pikno + paraffin + asam borat : 42,33
e.
Berat paraffin (b-a) :
21,60
f.
Berat sampel (c-a) :
12,02
g.
Berat sampel + paraffin (d-a) : 11,25
h.
Berat paraffin yang diganti dengan sampel
(g-e-f) = (11,25-21,60-12,02) = -2,55
i. Volume sampelh = -3,11
![]() |
BJ
parafin
j. Kerapatansejati
= berat sampel (g)
Volume sampel
(ml)
= 12,02= -3,86 g/ml
-3,11
2.
Kelompok
2
a.
Kerapatan
bulk :
Kerapatan
bulk = bobot zat padat (g)
Volume bulk (ml)
= 10 g =
0,83 g/ml
12ml
b.
Kerapatan
mampat :
Kerapatan
mampat =
bobot zat padat (g)
Volume mampat (ml)
= 10 g = 0,90 g/ml
11ml
c.
Kerapatan
sejati :
1. Berat
pikno kosong : 30,63
2. Beratpikno
+ paraffin : 50,89
3. Beratpikno
+ asamborat : 45,80
4. Pikno
+ paraffin + asam borat : 57,52
5. Berat
paraffin (b-a) : 20,26
6. Beratsampel (c-a) : 15,17
7. Berat sampel
+ paraffin (d-a) : 26,89
8. Berat
paraffin yang diganti dengan sampel
(g-e-f) = (26,89-20,26-15,17) = -8,54
9.
Volume
sampel h = -8,54= -10.41

10.
Kerapatansejati
= beratsampel (g)
Volume sampel
(ml)
= 15,17= -1,46 g/ml
-10,41
3.
Kelompok
3
a.
Kerapatan
bulk :
Kerapatan
bulk = bobotzatpadat (g)
Volume bulk (ml)
= 10
g = 0,83 g/ml
12 ml
b.
Kerapatan
mampat :
Kerapatan
mampat = bobot zat padat (g)
Volume mampat
(ml)
= 10
g = 0,90 g/ml
11
ml
c.
Kerapatan
sejati :
a. Berat
pikno kosong : 23,33
b. Berat
pikno + paraffin : 43,87
c. Berat
pikno + asam borat : 39,95
d. Pikno
+ paraffin + asam borat : 53,34
e. Berat
paraffin (b-a) : 20,54
f. Beratsampel (c-a) : 16,62
g. Beratsampel
+ paraffin (d-a) : 30,01
h. Berat
paraffin yang diganti dengan sampel
(g-e-f) = (30,01-20,54-16,62)= -7,15
i.
Volume
sampel h = -7,15 = -0,34

j.
Kerapatan
sejati = berat sampel (g)
Volume sampel
(ml)
= 16,62= -48,88
g/ml
-0,34
4.
Kelompok
4
a.
Kerapatan
bulk :
Kerapatan
bulk =bobot zat padat (g)
Volume bulk (ml)
= 10
g = 0,90 g/ml
11 ml
b.
Kerapatan
mampat :
Kerapatan
mampat = bobot zat padat (g)
Volume mampat
(ml)
= 10
g = 1 g/ml
10 ml
c.
Kerapatansejati
:
a. Berat
pikno kosong : 29,11
b. Beratpikno
+ paraffin : 48,93
c. Berat
pikno + asam borat : 42,44
d. Pikno
+ paraffin + asam Berat paraffin (b-a) : 28,86
e. Berat
sampel (c-a) : 13,33
f. Berat
sampel + paraffin (d-a) : 28,86
g. Berat
paraffin yang diganti dengan sampel
(g-e-f) = (28,86-28,86-13,33) = -4,29
h.
Volume
sampel h = -5,23

i.
Kerapatan
sejati = berat sampel (g)
Volume
sampel (ml)
= 13,33= -2,54 g/ml
-5,23
5.
Kelompok
5
a.
Kerapatan
bulk :
Kerapatan
bulk = bobot zat padat (g)
Volume bulk (ml)
= 10
g = 0,77 g/ml
13 ml
b.
Kerapatan
mampat
Kerapatan
mampat = bobotzatpadat (g)
Volume mampat (ml)
= 10
g = 1 g/ml
10 ml
c.
Kerapatan
sejati :
a. Berat
pikno kosong : 22,03
b. Berat
pikno + paraffin :
42,69
c. Berat
pikno + asam borat : 35,09
d. Pikno
+ paraffin + asam borat : 50,89
e. Berat
paraffin (b-a) : 20,65
f. Berat
sampel (c-a) : 13,04
g. Beratsampel
+ paraffin (d-a) : 28,85
h. Berat
paraffin yang diganti dengan sampel
(g-e-f) = (28,85-20,65-13,04) = -4,84
i.
Volume
sampel h = -4,84 = -5,86

j.
Kerapatan
sejati = berat sampel (g)
Volume sampel (ml)
= 13,04= -2,224
-5,86
B.
Pembahasan
Kerapatan
adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya
adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan
dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik. Sedangkan Bobot
jenis merupakan karakteristik bahan yang penting, yang digunakan dalam
pengujian identitas dan kemurnian bahan obat dan bahan pembantu, khususnya
sifat cairan dan zat berjenis malam. Penentuan bobot jenis dilakukan dengan
menggunakan piknometer, aerometer, timbangan hidrostatik, dan cara manometrik.
Percobaan ini dilakukan dengan
tujuan untuk menentukan kerapatan suatu zat dengan menggunakan kerapatan bulk,
kerapatan mampat, dan kerapatan sejati. Serta bertujuan untuk menentukan bobot
jenis dari suatu cairan.
Untunk menentukan Kerapatan Bulk,
pertama bersuhkan gelas ukur dan keringkan. Setelah itu, masukkan zat padat ke
dalam gelas ukur , ukur volumenya dan hitung kerapatan bulknya. Untuk kerapatan
Mampat, zat padat yang telah ada didalam Gekas ukur tadi, dimampatkan /
dipadatkan dengan menggunakan tapdensity dengan tujutan agar pori dalam zat
padat tersebut tertutup. Setelah itu ukur volume yang terbentuk, dan hitung
volume mampa. Kerapatan Sejati hal yang paling utama yang harus di lakukan
adalah bersihkan piknometer yang akan digunakan dengan menggunakan alcohol.
Alcohol digunakan dalam membersihkan piknometer karena sifatnya yang mudah
larut dalam lemak dan mudah menguap. Setelah itu, pegang piiknometer dengan
menggunakan tissue ddengan tujuan agar kotoran yang ada ditangan tidak melekat
pada piknometer dan mempengaruhi berat jenisnya. Setelah itu timbang berat
piknometer kosong beserta tutupnya dengan menggunakan timbangan digital. Lalu
itu, 2/3 dari volume piknometer diisi dengan zat padat dalam hal ini asam borat karena asam borat tidak dapat larut sehingga
dapat berat jenisnya dapat dihitung lalu
timbang lagi piknometer yang berisi zat padat beserta tutupnya. Tambahkan
paraffin cair ke dalam piknometer yang telah berisi asam borat, masukkan secara perlahan-lahan. Para
percobaan ini alasan paraffin digunakan karena paraffin cair tidak dapat
melarutkan granule-granule zat padat. Isi sampai tidak ada gelembung didalam
piknometer, lalu timbang piknometer yang berisi campuran dari zat padat dan
paraffin cair beserta tutupnya. Setelah itu, bersihkan piknometer dan keringkan
dengan perlakuan yang sama, masukkan paraffin cair ke dalam piknometer, isi
sampai tidak ada gelembung udara didalamnya lalu timbang beserta tutupnya. Dan
hitung kerapatan sejatinya.
Untuk menentukan bobot jenis suatu
cairan, sama dengan penentuan kerapatan sejati piknometer terlebih dahulu
dibersihkan dengan menggunakan alcohol dan keringkan. Setelah itu, timbang
piknometer kosong beserta tutupnya, lalu isi piknometer dengan sampel sirup. Isi
sampai tidak ada gelembung didalam piknometer lalu timbang piknometer yang
berisi paraffin cair beserta tutupnya dan hitung bobot jenisnya.
Dari hasil praktikum, didapatkan
hasil / nilai dari penentuan kerapatan zat dan bobot jenis zat. Kerapatan bulk
yang didapatkan adalah 0,91, Kerapatan Mampat = 1, dan Kerapatan Sejati = -6,03
g/ml sedangkan nilai yang didapatkan untuk penentuan bobot jenis sampel sirup
adalah 1,1253 g/ml. dalam penentuan kerapatan Sejati hasilnya minus, sedangkan
hasil dari Kerapatan tidak boleh minus. Hal ini tidak disebabkan oleh factor
kesalahan namun hal ini dipengaruhi oleh
Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat
jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian
pula halnya pada suhu yang sangat
rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot
jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu
pada suhu 25oC (suhu kamar). Serta Massa zat, jika zat mempunyai
massa besar maka kemungkinan bobot jenisnya juga menjadi lebih besar.
Dalam
bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan
sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair,
digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama
dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut
suatu zat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kerapatan
Bulk dengan sampel asam borat adalah
0,91
2. Kerapatan
mampat dengan sampel asam borat adalah 1
3. Kerapatan
Sejati dengan samel asam borat adalah -6,03
4. Bobot
jenis dari sampel sirup Marjan adalah1,410 g/ml, sirup DHT adalah 1,2884 g/ml,
pocari sweat adalah 1,02083 g/ml, situp ABC adalah 1,1253 g/ml dan susu ultra adalah
1,0283 g/ml. dari hasil percobaan perhitungan bobot, ditemukan bahwa sirup
Marjan memiliki bobot jenis yang paling tinggi dan pocari sweat memiliki bobot
jenis yang paling rendah.
B. Saran
Seharusnya
alat yang akan digunakan untuk praktikum memadai sehingga praktikum bisa
berjalan dengan lancer.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, C.,Howard ( 1989 ), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press, Jakarta
Brescia,Arents dan Meislich, 1975, Fundamental Chemistry, New York
Ditjen POM, ( 1979 ), Farmakope Indonesia III, Depatemen Kesehatan RI, Jakarta
Eugene, L Parrot, Ph, D, Pharmaceutical Technology, Lowa City
Easton, Dennsyvania, Remington’s Pharmaceutical
Sciences 18
Voigt, Rudolf, ( 1994 ), Buku Pelajaran Teknologi
Farmasi, edisi ke-5, UGM Press, Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar