Sabtu, 12 April 2014

laporan Bobot jenis dan kerapatan


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya adalah kilogram per meter kubik, atau ungkapan  yang  umum, gram per sentimeter kubik, atau gram per milliliter. Pernyataan awal mengenai kerapatan adalah bobotjenis. Satuannya sudah kuno dan sebaiknya tidak dipakai lagi. Penjelasan berikutdiberikan sebagai petunjuk.
bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 40C atau temperatur lain yang telah ditentukan.
Dengan adanya praktikum kerapatan dan bobot jenis suatu zat , maka kita sebagai seorang  pharmacist  diharapkan dengan mudah untuk menentukan kemurnian dari suatu sediaaan obat dan akan membatu kita nantinya ketika akan membuat sediaan.
B. Maksud Praktikum

1.      Untuk menentukan bobot jenis dengan menggunakan beberapa sampel sirup  yaitu : sirup marjan, DHT, Pocary, ABC, dan susu ultra.
2.      Untuk menentukan kerapatan suatu sampel zat padat dalam hal ini asam borat, dengan menggunakan 3 perlakuan yang di gunakan untuk menentukan kerapatan zat padat tersebut 

C. Tujuan Praktikum


1.      Untuk menentukan bobot jenis suatu  sampel sirup marjan, DHT, Pocary, ABC, dan susu ultra dengan menggunakan piknometer.
2.       Untuk menentukan kerapatan bulk, kerapatan mampat, dan kerapatan sejati.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.     Dasar Teori 
Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya adalah kilogram per meter kubik, atau ungkapan  yang  umum, gram per sentimeter kubik, atau gram per milliliter. Pernyataan awal mengenai kerapatan adalah bobotjenis. Satuannya sudah kuno dan sebaiknya tidak dipakai lagi. Penjelasan berikutdiberikan sebagai petunjuk. (Brescia, dkk., 1975)

Densitas semu diperoleh dengan membagi berat sampel dengan volume massal, itu adalah berat satuan volume kemasan. density benar mengacu pada kepadatan substansi, termasuk seluruh volume pori lebih besar dari jarak dimensi atom ar molekul yang ada di lattae kristal ( Parrot 1970)
Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin, A., 1993).
Bobot jenis merupakan karakteristik bahan yang penting, yang digunakan dalam pengujian identitas dan kemurnian bahan obat dan bahan pembantu, khususnya sifat cairan dan zat berjenis malam. Penentuan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer, aerometer, timbangan hidrostatik, dan cara manometrik. (Menurut R. Voigt, ). 
bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 40C atau temperatur lain yang telah ditentukan (Ansel H.C, 1989 )
 Bobot jenis merupakan rasio berat zat di udara dengan suatu volume air yang sama. itu tidak memiliki unit. ( remington’s pharmaceutical sciences,  )

Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.
Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak.
Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.
Metode areometer. Penentuan kerapatan dengan areometer berskala (timbangan benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.
Dari keempat metode yang ada, metode yang di pilih untuk menentukan kerapatan zat padat serta bobot jenis kali ini adalah metode Piknometer.
Pada metode piknometer, untuk menentukan kerapatan dari suatu zat padat dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan menguji kerapatan bulk, kerapatan mampat, dan kerapatan sejati. Di mana pada proses pengujian kerapatan bulk, sampel tidak diberikan perlakuan apapun. Kerapatan mampat, sampel mulai di mampatkan dengan Tapdensity, sedang untuk kerapatan sejati, zat padat yang berada pada piknometer diberikan paraffin cair dengan tujuan untuk memampatkan zat padat yang berada pada piknometer.

B.     Uraian Bahan
1.      Alkohol ( FI III, hal 65 )
Nama Resmi          : Aethanolum
Nama Lain                         : Etanol / alcohol
RM / BM                : O / 46,07
Pemerian               : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut, menghasilkan bau yang      khas  dan rasa terbakar pada lidah.
Kelarutan               : -
Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk, jauh  dari api      .

2.      Asam Borat ( Ditjen pom, 1979 )
Nama Resmi          : ACIDUM BORICUM
Nama Lain                         :  Asam Borat
RM / BM               : H3BO3/61,83
Kerapatan              : 1,435 gr/ml
                  Pemerian               : hablur, serbuk hablur putih atau sisik
                          Mengkilap tidak berwarna; kasar; tidak Berbau; rasa agak    Asam dan     pahit kemudian manis.
Kelarutan              : larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16
                                 Bagian etanol (95%) p
                 Penyimpanan          : dalam wadah tertutup baik
                 Kegunaan               : antiseptikum ekstern

3.      Paraffin Cair ( FI III, 474 )
Nama Resmi          : PARAFFINUM LIQUIDUM
Nama Lain             : Paraffin cair
RM / BJ                             : C3H8O3  / 92,09

Pemerian                : Cairan kental, transparan, tidar berfluorensasi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunnyai rasa.
Kelarutan               : Praktis tidak larut dalam air, dan dalam etanol ( 95% ) p, larut dalam kloroform, dan dalam Eter p.
Penyimpanan         : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Kegunaan              : laksativum






C.    Prosedur Kerja

            Menentukan Kerapatan Buik
Ø  Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan ke dalam gelas ukur 50 ml.
Ø  Ukur volume zat padat
Ø  Hitung Kerapatan Bulk menggunakan persamaan Kerapatan Bulk
           
            Menentukan Kerapatan Mampat
Ø  Timbang zat padat sebanyak 10 gram
Ø  Masukkan kedalam grlas ukur
Ø  Ketuk sebanyak 100 kali ketukan
Ø  Ukur volume yang terbentuk
Ø  Hitung Kerapatan Mampat dengan persamaan Kerapatan Mampat

            Menentukan Kerapatan Sejati
Ø  Timbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya ( W1 )
Ø  Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya. Timbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya ( W3 )
Ø  Isikan paraffin cair perlahan-lahan ke dalam piknometer berisi zat padat,kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara didalamnya.
Ø  Timbang piknometer berisi zat padat dan paraffin cair tersebut beserta tutupnya ( W4 )
Ø  Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan paraffin cair hingga tidak ada gelembung didalamnya.
Ø  Timbang piknometer berisi penuh paraffin cair dan tutupnya ( W2 )
Ø  Hitung kerapatan zat menggunakan persamaan Kerapatan Sejati.

            Menentukan Bobot Jenis cairan
Ø  Gunakan piknometer yang bersih dan kering
Ø  Timbang piknometer kosong ( W1 ), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang ( W2 )
Ø  Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang ( W3 )
     Ø  Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan bobot jenis. 
                                           

 

BAB III
METODE KERJA


A.  Alat
1.      Piknometer 25 ml
2.      Pipet Tetes
3.      Tapdensity
4.      Gelas Ukur 50 ml
5.      Corong
6.      Sendok Tanduk
7.      Gelas Kimia
8.      Timbangan Digital

           B.   Bahan
1.      Alkohol 70 %
2.      Asam borat
3.      Sampel Sirup
4.      Sampel Marjan
5.      Sampel DHT
6.      Sampel Pocari Sweat
7.      Paraffin cair
8.      Kertas Timbang
9.      Aluminium Foil
C. Cara Kerja

Menentukan Kerapatan Bulk
            Timbang 10 g asam borat lalu masukkan ke dalam gelas ukur 50 ml. setelah itu, ukur volume zat padat yang berada dalam piknometer sebelum diberikan perkaluan dan hitung kerapatan Bulk. Lalu tutup gelas ukur dengan menggunakan aluminium foil.

Menentukan Kerapatan Mampat
            Setelah melakukan pengukuran untuk kerapatan bulk dandidiamkan, mampatkan zat padat yang berada didalam piknometer dengan mengetuk zat padat tersebut sampai 100 kali ketukan atau bisa juga dengan menggunakan alat tapdensity. Lakukan pemampatan sampai zat padat tersebut benar-benar mampat dan tidak ada pori didalamnya. Setelah itu ukur volume yang terbentuk dan hitung kerapatan mampatnya.

Menentukan Kerapatan Sejati
            Timbang piknometer yang bersih dan kering beserta tutupnya.  Setelah mendapat hasil timbangan dari piknometer kosong, isi 2/3 dari volume piknometer dengan zat padat lalu timbang piknometer yang berisi zat padat beserta tutupnya. Setelah mendapat hasil timbangannya, isi paraffin cair secara perlahan-lahan ke dalam piknometer yang sebelumnya telah diisi dengan zat padat. Setelah itu, cukupkan dengan memasukkan asam borat ke dalam piknometer sampai tidak ada gelembung didalam piknometer. Lalu timbang piknometer yang berisi campuran dari zat padat dan paraffin cair beserta dengan tutupnya. Setelah mendapat hasil timbangan, bersihkan piknometer lalu isi piknometer dengan paraffin cair sampai penuh lalu timbang kembali. Setelah itu, hitung kerapatan zat dengan menggunakan rumus kerapatan sejati.

Menentukan Bobot Jenis cairan
            Timbang piknometer bersih dan kosong beserta tutupnya. Setelah itu isi piknometer dengan sampel sirup semapai penuh dan tidak ada gelembung didalam piknometer, lalu timbang piknometer yang berisi sampel sirup beserta tutupnya. Setelah itu, hitung bobot jenis cairan dengan menggunakan persamaan perbandingan air





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
Hasil
1.      Table kerapatan

Kelompok
Kerapatan
bulk
Kerapatan
mampat
Kerapatan
sejati
1
0,83
0,90
-3,86
2
0,83
0,90
-1,46
3
0,83
0,90
-48,88
4
0,91
1
-2,54
5
0,77
1
-2,224

2.      Table bobot jenis

sampel
Bobot jenis (g/ml)
Sirup marjan
1,410   g/ml
Sirup DHT
1,2884 g/ml
Pocary sweat
1,0156 g/ml
Sirup ABC
1,1253 g/ml
Ultra milk
1,0283 g/ml

Perhitungan
1.      Kelompok 1
a.       Kerapatan bulk :

Kerapatan bulk =
                     
                     
=   10 g   = 0,83 g/ml
                                                 12ml





b.      Kerapatan mampat :

Kerapatan mampat = bobot zat padat (g)
                                  Volume mampat (ml)
                                 
 =   10 g   = 0,90 g/ml
     11ml
c.       Kerapatan sejati :

a.     Bera tpikno kosong                     : 11,25
b.     Beratpikno + paraffin                 : 32,85
c.      Beratpikno + asam borat : 23,28
d.     Pikno + paraffin + asam borat    : 42,33
e.      Berat paraffin                 (b-a)     : 21,60
f.       Berat sampel                   (c-a)     : 12,02
g.     Berat sampel + paraffin (d-a)     : 11,25
h.     Berat paraffin yang diganti dengan sampel       
       (g-e-f) = (11,25-21,60-12,02) = -2,55

i.       Volume sampelh             = -3,11


 
    BJ parafin
   
j.       Kerapatansejati = berat sampel (g)
                                  Volume sampel (ml)

                       = 12,02= -3,86 g/ml
                          -3,11









2.      Kelompok 2

a.       Kerapatan bulk :

Kerapatan bulk = bobot zat padat (g)
                              Volume bulk (ml)

                         
   =   10 g   = 0,83 g/ml
                                   12ml

b.      Kerapatan mampat :

Kerapatan mampat  =  bobot zat padat (g)
                                   Volume mampat (ml)

                       =   10 g   = 0,90 g/ml
                           11ml

c.       Kerapatan sejati :
1.      Berat pikno kosong                     : 30,63
2.      Beratpikno + paraffin                 : 50,89
3.      Beratpikno + asamborat  : 45,80
4.      Pikno + paraffin + asam borat    : 57,52
5.      Berat paraffin                 (b-a)     : 20,26
6.      Beratsampel                    (c-a)     : 15,17
7.      Berat sampel + paraffin (d-a)      : 26,89
8.      Berat paraffin yang diganti dengan sampel       
       (g-e-f) = (26,89-20,26-15,17) = -8,54

9.      Volume sampel      h       =      -8,54= -10.41
                         BJ paraffin      0,82

10.  Kerapatansejati = beratsampel (g)
                                  Volume sampel (ml)

                      =  15,17= -1,46 g/ml
                          -10,41

3.      Kelompok 3

a.       Kerapatan bulk :

Kerapatan bulk = bobotzatpadat (g)
                             Volume bulk (ml)

                      =  10  g  = 0,83 g/ml
                                                    12 ml
b.      Kerapatan mampat :

Kerapatan mampat = bobot zat padat (g)
                                  Volume mampat (ml)

                      =  10  g   = 0,90 g/ml
                           11 ml

c.       Kerapatan sejati :

a.       Berat pikno kosong                     : 23,33
b.      Berat pikno + paraffin                : 43,87
c.       Berat pikno + asam borat            : 39,95
d.      Pikno + paraffin + asam borat    : 53,34
e.       Berat paraffin                 (b-a)     : 20,54
f.       Beratsampel                    (c-a)     : 16,62
g.      Beratsampel + paraffin (d-a)      : 30,01
h.      Berat paraffin yang diganti dengan sampel       
       (g-e-f) = (30,01-20,54-16,62)= -7,15


i.        Volume sampel            h             =  -7,15 = -0,34
                             BJ parafin           20,54





j.        Kerapatan sejati = berat sampel (g)
                                  Volume sampel (ml)

                      = 16,62= -48,88 g/ml
                          -0,34

4.      Kelompok 4
a.       Kerapatan bulk :

Kerapatan bulk =bobot zat padat (g)
                             Volume bulk (ml)

                      =  10  g   = 0,90 g/ml
                                                   11 ml

b.      Kerapatan mampat :

Kerapatan mampat = bobot zat padat (g)
                                  Volume mampat (ml)

                      =  10  g   = 1 g/ml
                          10 ml
c.       Kerapatansejati :

a.       Berat pikno kosong                     : 29,11
b.      Beratpikno + paraffin                 : 48,93
c.       Berat pikno + asam borat            : 42,44
d.      Pikno + paraffin + asam Berat paraffin              (b-a)     : 28,86
e.       Berat sampel                   (c-a)     : 13,33
f.       Berat sampel + paraffin (d-a)     : 28,86
g.      Berat paraffin yang diganti dengan sampel       
       (g-e-f) = (28,86-28,86-13,33) = -4,29


h.      Volume sampel           h              = -5,23
                                BJ parafin   


i.        Kerapatan sejati = berat sampel (g)
                                    Volume sampel (ml)

                      = 13,33= -2,54 g/ml
                           -5,23

5.      Kelompok 5

a.       Kerapatan bulk :


Kerapatan bulk = bobot zat padat (g)
                             Volume bulk (ml)

                      =  10  g   = 0,77 g/ml
                                                     13 ml

b.      Kerapatan mampat

Kerapatan mampat = bobotzatpadat (g)
                                   Volume mampat (ml)
                                 
=  10  g   = 1 g/ml
   10 ml

c.       Kerapatan sejati :

a.       Berat pikno kosong                           : 22,03
b.      Berat pikno + paraffin                      : 42,69
c.       Berat pikno + asam borat                  : 35,09
d.      Pikno + paraffin + asam borat          : 50,89
e.       Berat paraffin                       (b-a)     : 20,65
f.       Berat sampel             (c-a)     : 13,04
g.      Beratsampel + paraffin (d-a)            : 28,85
h.      Berat paraffin yang diganti dengan sampel 
       (g-e-f) = (28,85-20,65-13,04)    = -4,84


i.        Volume sampel           h        =  -4,84           = -5,86
                                 BJ parafin         0,83

j.        Kerapatan sejati = berat sampel (g)
                                          Volume sampel (ml)

                       = 13,04= -2,224
                         -5,86








B.     Pembahasan
           
            Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik. Sedangkan Bobot jenis merupakan karakteristik bahan yang penting, yang digunakan dalam pengujian identitas dan kemurnian bahan obat dan bahan pembantu, khususnya sifat cairan dan zat berjenis malam. Penentuan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer, aerometer, timbangan hidrostatik, dan cara manometrik.
            Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan kerapatan suatu zat dengan menggunakan kerapatan bulk, kerapatan mampat, dan kerapatan sejati. Serta bertujuan untuk menentukan bobot jenis dari suatu cairan.
            Untunk menentukan Kerapatan Bulk, pertama bersuhkan gelas ukur dan keringkan. Setelah itu, masukkan zat padat ke dalam gelas ukur , ukur volumenya dan hitung kerapatan bulknya. Untuk kerapatan Mampat, zat padat yang telah ada didalam Gekas ukur tadi, dimampatkan / dipadatkan dengan menggunakan tapdensity dengan tujutan agar pori dalam zat padat tersebut tertutup. Setelah itu ukur volume yang terbentuk, dan hitung volume mampa. Kerapatan Sejati hal yang paling utama yang harus di lakukan adalah bersihkan piknometer yang akan digunakan dengan menggunakan alcohol. Alcohol digunakan dalam membersihkan piknometer karena sifatnya yang mudah larut dalam lemak dan mudah menguap. Setelah itu, pegang piiknometer dengan menggunakan tissue ddengan tujuan agar kotoran yang ada ditangan tidak melekat pada piknometer dan mempengaruhi berat jenisnya. Setelah itu timbang berat piknometer kosong beserta tutupnya dengan menggunakan timbangan digital. Lalu itu, 2/3 dari volume piknometer diisi dengan zat padat dalam hal ini asam borat  karena asam borat tidak dapat larut sehingga dapat berat jenisnya dapat dihitung  lalu timbang lagi piknometer yang berisi zat padat beserta tutupnya. Tambahkan paraffin cair ke dalam piknometer yang telah berisi asam borat,  masukkan secara perlahan-lahan. Para percobaan ini alasan paraffin digunakan karena paraffin cair tidak dapat melarutkan granule-granule zat padat. Isi sampai tidak ada gelembung didalam piknometer, lalu timbang piknometer yang berisi campuran dari zat padat dan paraffin cair beserta tutupnya. Setelah itu, bersihkan piknometer dan keringkan dengan perlakuan yang sama, masukkan paraffin cair ke dalam piknometer, isi sampai tidak ada gelembung udara didalamnya lalu timbang beserta tutupnya. Dan hitung kerapatan sejatinya.
            Untuk menentukan bobot jenis suatu cairan, sama dengan penentuan kerapatan sejati piknometer terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan alcohol dan keringkan. Setelah itu, timbang piknometer kosong beserta tutupnya, lalu isi piknometer dengan sampel sirup. Isi sampai tidak ada gelembung didalam piknometer lalu timbang piknometer yang berisi paraffin cair beserta tutupnya dan hitung bobot jenisnya.
            Dari hasil praktikum, didapatkan hasil / nilai dari penentuan kerapatan zat dan bobot jenis zat. Kerapatan bulk yang didapatkan adalah 0,91, Kerapatan Mampat = 1, dan Kerapatan Sejati = -6,03 g/ml sedangkan nilai yang didapatkan untuk penentuan bobot jenis sampel sirup adalah 1,1253 g/ml. dalam penentuan kerapatan Sejati hasilnya minus, sedangkan hasil dari Kerapatan tidak boleh minus. Hal ini tidak disebabkan oleh factor kesalahan namun hal ini dipengaruhi oleh  Temperatur, dimana  pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula         halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25oC (suhu kamar). Serta Massa zat, jika zat mempunyai massa besar maka kemungkinan bobot jenisnya juga menjadi lebih besar.
            Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.


                                                           




BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Kerapatan Bulk dengan sampel asam borat adalah  0,91
2.      Kerapatan mampat dengan sampel asam borat adalah 1
3.      Kerapatan Sejati dengan samel asam borat adalah -6,03 
4.      Bobot jenis dari sampel sirup Marjan adalah1,410 g/ml, sirup DHT adalah 1,2884 g/ml, pocari sweat adalah 1,02083 g/ml, situp ABC adalah 1,1253 g/ml dan susu ultra adalah 1,0283 g/ml. dari hasil percobaan perhitungan bobot, ditemukan bahwa sirup Marjan memiliki bobot jenis yang paling tinggi dan pocari sweat memiliki bobot jenis yang paling rendah.

B.     Saran
Seharusnya alat yang akan digunakan untuk praktikum memadai sehingga praktikum bisa berjalan dengan lancer.








                                    DAFTAR PUSTAKA
Ansel, C.,Howard ( 1989 ), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press, Jakarta
Brescia,Arents dan Meislich, 1975, Fundamental Chemistry, New York
Ditjen POM, ( 1979 ), Farmakope Indonesia III, Depatemen Kesehatan RI, Jakarta
Eugene, L Parrot, Ph, D, Pharmaceutical Technology, Lowa City
Easton, Dennsyvania, Remington’s Pharmaceutical Sciences 18
Voigt, Rudolf, ( 1994 ), Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi ke-5, UGM Press, Yogyakarta















                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar